Minggu, 30 September 2012

Mengintip Usaha Miniatur Kereta Api

Bandung - Dari cinta berbuah usaha. Itulah yang terjadi pada Frans Kustiawan Sukarya (47). Kecintaannya pada kereta api telah membawanya menjadi seorang pembuat miniatur kereta api atau disebut kereta api model. Meski masih dibuat secara manual, karya-karya Frans layak diperhitungkan.

Di kediamannya di Jalan Cibadak, bersama enam pegawainya, Frans membuat kereta-kereta api model tersebut. Kereta api model yang dibuat khusus kereta api yang digunakan di Indonesia misalnya Argo Gede, Parahyangan dan lain-lain.

Bukan tanpa awal. Frans mengaku dia menyukai kereta api sejak kelas 3 SD. "Saat itu sebelum sekolah saya main ke tanah PJKA di Jalan Pasirkaliki yang banyak lokomotifnya," tutur Frans.

Waktu berlalu. Ingatan tentang kereta api pun tertunda beberapa tahun lamanya. Gairah kecintaan pada kereta api terbangunkan kembali selepas Frans berkeluarga. Tahun 1992, Frans mulai mengoleksi berbagai jenis kereta api model dari berbagai negara. Sampai akhirnya di tahun 1994, Frans coba membuat rangkaian kereta api sendiri.

"Saat itu untuk konsumsi sendiri dan masih menggunakan bahan baku seadanya dengan rancangan sambung menyambung," tutur pria yang memiliki dua putra ini.

Ketika salah seorang teman melihat karya Frans, dia langsung tertarik. Mulailah promosi dari mulut ke mulut tentang kereta api model karya Frans diketahui publik. Satu per satu kenalannya memesan untuk dibuatkan kereta model. Sampai akhirnya, Frans yang sebelumnya menggeluti usaha di bidang agrobisnis bunga ini, mulai serius terjun dalam usaha pembuatan kereta api model.

Proses pembuatannya memang masih manual. Frans membuat sendiri cetakan kereta api agar tidak harus sambung menyambung lagi bahan baku. Kereta api model yang dibuat adalah jenis statis model atau kereta api pajangan. Dia mengadaptasi kereta-kereta buatan luar negeri yang kemudian dimodifikasi menjadi kereta api buatan Indonesia.

Awalnya Frans hanya membuat lokomotif. Tapi akhirnya berkembang membuat gerbong dan kereta barang. Kereta-kereta model tersebut terbuat dari beberapa bahan seperti resin, acrylic juga plastik.

Dalam tiga bulan Frans bisa memproduksi sampai 200 buah kereta api statis model. Hasil karyanya dia pasarkan melalui kerjasama dengan salah satu majalah khusus kereta api. Harga satu kereta model jika dijual umum antara Rp 30 ribu-Rp 400 ribu.

Selain kereta pajangan, Frans juga menerima pesanan untuk kereta-kereta bermesin agar bisa digerakan. Tentu saja harganya jauh lebih mahal. Karena kereta ini bisa mengeluarkan bunyi seperti halnya kereta asli.

"Komponennya saja sudah mahal," ungkap Frans. Maka harga kereta api model bermesin ini bisa dua kali lipat kereta api model statis. Harganya tergantung dari ukuran kereta, berada di kisaran Rp 1,5 juta-Rp 6 juta.

Dalam empat tahun terakhir usaha Frans kian berkembang. Di Indonesia, pemain dalam industri ini masih terbilang jarang. Tapi bukan berarti Frans tidak ingin memperbesar usahanya. Cita-cita Frans membuat produksi secara massal dengan peralatan yang lebih canggih. "Tapi saya lihat dulu minat pasar karena untuk produksi massal butuh investasi besar," katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar