Bandung -
Dari cinta berbuah usaha. Itulah yang terjadi pada Frans Kustiawan
Sukarya (47). Kecintaannya pada kereta api telah membawanya menjadi
seorang pembuat miniatur kereta api atau disebut kereta api model. Meski
masih dibuat secara manual, karya-karya Frans layak diperhitungkan.
Di
kediamannya di Jalan Cibadak, bersama enam pegawainya, Frans membuat
kereta-kereta api model tersebut. Kereta api model yang dibuat khusus
kereta api yang digunakan di Indonesia misalnya Argo Gede, Parahyangan
dan lain-lain.
Bukan tanpa awal. Frans mengaku dia menyukai
kereta api sejak kelas 3 SD. "Saat itu sebelum sekolah saya main ke
tanah PJKA di Jalan Pasirkaliki yang banyak lokomotifnya," tutur Frans.
Waktu
berlalu. Ingatan tentang kereta api pun tertunda beberapa tahun
lamanya. Gairah kecintaan pada kereta api terbangunkan kembali selepas
Frans berkeluarga. Tahun 1992, Frans mulai mengoleksi berbagai jenis
kereta api model dari berbagai negara. Sampai akhirnya di tahun 1994,
Frans coba membuat rangkaian kereta api sendiri.
"Saat itu untuk
konsumsi sendiri dan masih menggunakan bahan baku seadanya dengan
rancangan sambung menyambung," tutur pria yang memiliki dua putra ini.
Ketika
salah seorang teman melihat karya Frans, dia langsung tertarik.
Mulailah promosi dari mulut ke mulut tentang kereta api model karya
Frans diketahui publik. Satu per satu kenalannya memesan untuk dibuatkan
kereta model. Sampai akhirnya, Frans yang sebelumnya menggeluti usaha
di bidang agrobisnis bunga ini, mulai serius terjun dalam usaha
pembuatan kereta api model.
Proses pembuatannya memang masih
manual. Frans membuat sendiri cetakan kereta api agar tidak harus
sambung menyambung lagi bahan baku. Kereta api model yang dibuat adalah
jenis statis model atau kereta api pajangan. Dia mengadaptasi
kereta-kereta buatan luar negeri yang kemudian dimodifikasi menjadi
kereta api buatan Indonesia.
Awalnya Frans hanya membuat
lokomotif. Tapi akhirnya berkembang membuat gerbong dan kereta barang.
Kereta-kereta model tersebut terbuat dari beberapa bahan seperti resin,
acrylic juga plastik.
Dalam tiga bulan Frans bisa memproduksi
sampai 200 buah kereta api statis model. Hasil karyanya dia pasarkan
melalui kerjasama dengan salah satu majalah khusus kereta api. Harga
satu kereta model jika dijual umum antara Rp 30 ribu-Rp 400 ribu.
Selain
kereta pajangan, Frans juga menerima pesanan untuk kereta-kereta
bermesin agar bisa digerakan. Tentu saja harganya jauh lebih mahal.
Karena kereta ini bisa mengeluarkan bunyi seperti halnya kereta asli.
"Komponennya
saja sudah mahal," ungkap Frans. Maka harga kereta api model bermesin
ini bisa dua kali lipat kereta api model statis. Harganya tergantung
dari ukuran kereta, berada di kisaran Rp 1,5 juta-Rp 6 juta.
Dalam
empat tahun terakhir usaha Frans kian berkembang. Di Indonesia, pemain
dalam industri ini masih terbilang jarang. Tapi bukan berarti Frans
tidak ingin memperbesar usahanya. Cita-cita Frans membuat produksi
secara massal dengan peralatan yang lebih canggih. "Tapi saya lihat dulu
minat pasar karena untuk produksi massal butuh investasi besar,"
katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar